Selasa, 28 Februari 2017

Target Industri Manufaktur dan Jasa Dinaikkan 20%


VIVA.co.id – Di tengah pelemahan ekonomi dunia saat ini, pemerintah meningkatkan potensi pertumbuhan industri manufaktur dan jasa potensial  menjadi 17 persen-20 persen.Pada 2016, pertumbuhan industri manufaktur sebesar 18 persen dan industri jasa sebesar 12 persen. "Dalam konsensus yang kemarin di Davos, Jerman, mengatakan pertumbuhan industri manufakturnya 25 persen, dan servis 15 persen. Jadi, total pertumbuhannya 40 persen. Indonesia ini potensi dinaikkan 17 persen-20 persen, kalau kita bisa efisien mengatur dari hulu ke hilir,"  kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Jakarta, Kamis 26 Januari 2017.

Syaratnya adalah efisiensi dalam mengatur dari hulu ke hilir industri, meliputi peningakatan pengelolaan bahan baku/mentah (raw material), sumber daya manusi (human resource), teknologi, konsumen (customer), dan aspek ketahanan industri (sustainability). 

"Jadi, itu konsep industri sustainability (berkelanjutan) yang kemarin diusung di Davos," ujar Airlangga.  

Sementara itu, industri yang menjadi prioritas berdasarkan kontribusi terhadap produk domestik bruto 2015 dibagi menjadi beberapa sektor.

Sektor yang terbesar adalah makanan dan minuman (mamin) kontribusinya sebesar Rp540 triliun, sektor elektronik dan logam sama-sama sebesar Rp334 triliun. 

"Industri logam ini merupakan nilai tambah dari tambang, dengan adanya hilirisasi, pertumbuhan di sektor ini luar biasa. Pertumbuhan ekonomi di kawasan industri Kabupaten Morowali (salah satu program prioritasnya pengembangan berbasis industri logam) itu 60 persen, 12 kali dari pertumbuhan nasional," tutur Airlangga

Kontribusi PDB selanjutnya diikuti oleh industri alat transportasi Rp182 triliun, industri farmasi Rp164 truliun, industri tekstil, kulit, alas kaki, dan aneka Rp112 triliun. Lalu, industri barang modal, komponen, dan industri pembangkit listrik sama-sama sebesar Rp45 triliun. 

Lebih lanjut, kata dia, jika hilirisasi industri yang dapat memberikan nilai tambah ditingkatkan dan meluas ke seluruh Indoensia maka pertumbuhan ekonomi pun dapat lebih merata ke seluruh daerah di Indonesia. 

"Kawasan industri Morowali itu hal konkret hilirisasi itu memberikan nilai tambah. Kalau tidak ada gangguan, Indonesia pada 2017, bisa menghasilan dua juta ton logam," kata Airlangga.


CV. Raya Teknik Indonesia Menjual FILTER (Air Filter, Fuel Filter, Oil Filter, Hydraulic Filter, Transmission Filter, dll) dan SPARE PART khusus untuk ALAT BERAT (HEAVY EQUIPMENT), GENSET , INDUSTRI, TRUCK dengan merek :

- Genuine (KOMATSU, CATERPILLAR, MITSUBISHI, dll)
- DONALDSON
- FLEETGUARD
- BALDWIN
- MANN
- RACOR
- FHAS
- GRIFFIN
- SAKURA
- HENGST
- PROGUARD
- JIMCO
- UNION
- dll.

Menerima PEMBUATAN Filter sesuai dengan spesifikasi dari Customer. 

* Harga Filter Udara,Filter Oli, Filter Solar dan Filter Hidrolis yang kompetitif.


Untuk stock dan harga, silahkan hubungi :

Marketing

Rico 081217696856 (Whatapps)
Website: http://distributorfilter.blogspot.co.idhttp://rayateknikindo.blogspot.co.id/
                rayateknikindo.indonetwork.co.id
Email : rayateknik.indo@gmail.com



Rabu, 22 Februari 2017

Covestro Meresmikan Technical Center di Indonesia


Tangerang Selatan - Covestro, sebuah perusahaan manufaktur terkemuka di dunia yang bergerak di bidang polimer berteknologi tinggi, membuka Technical Center untuk segmen Coatings, Adhesives and Specialties (CAS) di kompleks Sentra Teknologi Polimer, Tangerang Selatan, 16 Januari 2017. Technical Center Covestro  menjawab kebutuhan-kebutuhan dan tren pasar dengan mempercepat lokalisasi formula dan menyediakan dukungan teknis yang tepat waktu bagi industri-industri inti, tidak hanya di dalam negeri tetapi juga untuk pasar ASEAN, termasuk Australia dan Selandia Baru.
Lebih dekat dengan pelanggan Technical Center yang baru dibuka ini merupakan Technical Center pertama di unit bisnis Covestro CAS di ASEAN untuk melayani kebutuhan pelanggan di seluruh negara-negara ASEAN, Australia, dan Selandia Baru. Technical Center ini akan berfokus pada area aplikasi utama seperti konstruksi, alas kaki, serta pelapis kayu dan furniture. “Inovasi dan keberlanjutan merupakan titik pusat strategi kami. Kami memanfaatkan keahlian kami di bidang teknologi Poliuretana (Polyurethane) dan aplikasinya yang canggih untuk menghadirkan produk dan solusi Poliuretana (Polyurethane) baru di pasar, sambil memperpendek siklus inovasi melalui kerjasama di seluruh rantai usaha,” kata Xiaobin Zhong, Senior Vice President, Unit Bisnis CAS Asia Pasifik.
“Melalui Technical Center yang baru ini, kami akan mampu menyediakan dukungan teknis dengan kualitas terbaik bagi pelanggan lokal dan memungkinkan mitra-mitra kami untuk menjadi semakin kompetitif melalui proyek-proyek pengembangan aplikasi bersama yang mampu meningkatkan efisiensi, meningkatkan kesehatan dan keselamatan pekerja, serta mengurangi dampak lingkungan.” Memperkuat pijakannya di Indonesia Sebagai negara pembuatan sepeda motor terbesar ketiga di dunia dan negara nomor lima secara global dalam industri alas kaki dan konstruksi, Indonesia merupakan salah satu pasar penting di ASEAN bagi Covestro. Ditambah lagi, kawasan ASEAN merupakan pasar terbesar kedua bagi Covestro di kawasan Asia Pasifik, setelah China.
Dengan estimasi pertumbuhan sebesar 5% sampai 7% di industri-industri utama Covestro, seperti industri konstruksi dan alas kaki, serta rencana ambisius pemerintah untuk mengembangkan ekonomi, Covestro melihat potensi besar di pasar Indonesia. “Ini merupakan waktu yang sangat tepat bagi seluruh tim. Dengan bisnis CAS yang telah menjadikan Indonesia sebagai lokasi untuk Technical Center-nya, semakin menguatkan pijakan kami di Indonesia. Melalui peresmian ini, Covestro semakin memperkuat eksistensinya di Indonesia dan di seluruh negara di ASEAN,” kata Lars Kesternich, Managing Director Covestro Polymers Indonesia.
Kolaborasi dengan pemerintah di masa depan Berlokasi di kawasan lembaga pemerintah PUSPIPTEK, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Sentra Teknologi Polimer (STP), yang bertanggung jawab  melakukan penilaian dan pengaplikasian teknologi polimer, Technical Center yang baru diresmikan ini juga akan memungkinkan Covestro untuk berkolaborasi dengan pemerintah Indonesia dalam berbagai proyek bersama.
Dody Andi Winarto, Head of STP BPPT mengatakan “Bagi STP, fasilitas baru ini membuka peluang untuk memperkuat kolaborasi dengan industri polimer melalui pertukaran pengetahuan mengenai pasar dan teknologi, pelatihan bersama serta penelitian di masa depan – sejalan dengan rencana pemerintah untuk meningkatkan kapasitas teknologi dan industrimelalui berbagai kemitraan. Kami sangat menantikan untuk dapat bekerja sama dengan Covestro.
” Fokus pada Riset & Pengembangan di seluruh dunia Technical Center di Indonesia ini akan bekerja sama secara erat dengan jaringan kompetensi Covestro global dalam membangun Technical Centernya di India, Cina, Amerika Serikat, dan Jerman.
Secara total, terdapat sekitar 1.000 peneliti yang bekerja di bidang Penelitian & Pengembangan (R & D) di Covestro di seluruh dunia. Mereka bekerja untuk menjawab permasalahan hari ini dan tantangan masa depan.
CAS merupakan salah satu dari tiga Unit Bisnis Covestro. CAS menyediakan pelapis (coatings) dan perekat (adhesives) Poliuretana/Polyurethane (PU) dengan berbagai nilai tambah (addedvalue) untuk menjawab permintaan akan performa yang lebih tinggi, efisiensi proses dan berbagai jenis industri yang lebih berkelanjutan. Sebagai penemu teknologi PU dengan keahlian pengaplikasian PU yang luas, Covestro bekerja sama secara erat dengan mitra-mitra di semua rantai bisnis untuk menciptakan produk dan solusi bagi kebutuhan pasar lokal yang belum terpenuhi. Bahan baku CAS untuk zat pelapis (coatings), perekat (adhesives), dan kimia khusus (specialties) yang bernilai tinggi akan membantu melindungi dan meningkatkan penampilan benda apapun mulai dari mobil, furniture dan lantai, dengan pengaplikasian di sektor olahraga dan rekreasi hingga kosmetik, tekstil, dan produk-produk medis.

Menerima PEMBUATAN Filter sesuai dengan spesifikasi dari Customer. 

* Harga Filter Udara,Filter Oli, Filter Solar dan Filter Hidrolis yang kompetitif.



Untuk stock dan harga, silahkan hubungi :

Marketing

Rico 081217696856 (Whatapps)

Website: http://distributorfilter.blogspot.co.idhttp://rayateknikindo.blogspot.co.id/
                rayateknikindo.indonetwork.co.id
Email : rayateknik.indo@gmail.com



Freeport Diberi Tiga Opsi Perpanjangan Kontrak di Indonesia


\

JAKARTA- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan menilai, manajemen PT Freeport Indonesia (PTFI) tidak pernah puas dengan ketentuan yang diberlakukan pemerintah. Perusahaan tambang asal Amerika Serikat itu disebut selalu menuntut perlakuan lebih. Karena itu, dalam pertemuan terakhir dengan Freeport, pemerintah memutuskan untuk memberikan tiga opsi.
Pertama, Freeport harus mengikuti ketentuan pemerintah dengan keistimewaan untuk terus berunding membahas kepastian stabilitas investasinya di Indonesia. ”Stabilitas ini saya bilang perlu, karena ada di Kontrak Karya (KK),î kata Jonan di Gedung DPR, (20/2) kemarin.
Kedua, Freeport harus mengikuti ketentuan perubahan Kontrak Karya menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK). Jika mengikuti ketentuan ini, mereka akan diberi izin rekomendasi ekspor yang memberi manfaat bagi keberlangsungan bisnis mereka. Hanya, sesuai Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 1/2017 dan Peraturan Menteri (Permen) ESDM Nomor 5 dan Nomor 6/2017, perusahaan tambang yang telah berstatus IUPK harus membangun fasilitas pemurnian atau smelter di dalam negeri, dalam jangka waktu paling lambat lima tahun. Untuk poin kedua, Jonan menyebut Freeport berkilah bahwa perusahaan membutuhkan perpanjangan kontrak dulu agar dapat meneruskan investasi di tambang dan membangun smelter. ”Mau perpanjang investasi, kami kasih. Setelah itu bahas divestasi. Kami juga sudah terbitkan izin ekspornya (17/2) lalu,” jelas Jonan.
Ketiga, bila Freeport tak juga menyepakati berbagai revisi aturan dari pemerintah, mereka boleh mengajukan keberatan sesuai konstitusi hukum yang berlaku. Jonan memastikan, pemerintah memberi masa waktu untuk PTFI memikirkan hal-hal tersebut selama enam bulan sejak izin ekspor diberikan, yakni (17/2) lalu, sembari menyesuaikan aturan dengan UU yang ada. Namun Freeport ternyata bersikeras mempersingkat masa berpikir ulang terhadap seluruh aturan pemerintah itu, dan berbalik memberi waktu kepada pemerintah untuk mempertimbangkan keberatan mereka selama 120 hari sejak Jumat itu juga.
Freeport —pemilik tambang emas dan tembaga terbesar dunia di Papua— sebenarnya sudah mendapatkan banyak keistimewaan yang tidak diterima perusahaan tambang lain. Misalnya, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 77/2014, perpanjangan kontrak tambang baru bisa diajukan dua tahun sebelum kontrak berakhir. Kontrak Freeport akan habis di tambang Grasberg, Papua, pada 31 Desember 2021. Artinya, baru pada 2019 izin baru bisa diberikan. Namun dalam MoU pemerintah dengan Freeport tahun 2014, ada sinyal kuat pemberian perpanjangan kontrak untuk perusahaan tersebut. Ini tidak didapat perusahaan tambang lain.
Hanya, kerumitan hubungan bisnis antara pemerintah dan Freeport ternyata tak membuat Jonan geram dan berpikir untuk memutus kerja sama melalui pencabutan statusnya sebagai perusahaan strategis nasional. Pasalnya, Jonan masih yakin, persoalan ini lebih merujuk pada bisnis sehingga diskusi antarkedua pihak bisa menjadi solusi.
Terpisah, induk PT Freeport Indonesia, Freeport McMoRan Inc menegaskan akan tetap beroperasi di Indonesia kendati tidak tercapai kesepakatan antara pemerintah dan perusahaan mengenai status kontrak pertambangan. ”Kami berkomitmen untuk tetap di Indonesia. Ini sumber daya yang penting bagi Freeport, juga merupakan objek penting bagi pemerintah dan Papua,” kata Presiden dan CEO Freeport McMoRan Inc, Richard C Adkerson, dalam jumpa pers di Jakarta,  (20/2).
Richard menuturkan, selama beroperasi di Indonesia, perusahaan tambang asal Amerika Serikat itu telah menginvestasikan 12 miliar dolar AS dan sedang melakukan investasi 15 miliar dolar AS dengan menyerap 32.000 tenaga kerja Indonesia. Pemerintah Indonesia juga disebutnya telah menerima 60 persen manfaat finansial langsung dari operasi Freeport. Pajak, royalty, dan dividen yang dibayarkan kepada pemerintah sejak 1991 telah melebihi 16,5 miliar dolar AS. Freeport McMoRan telah menerima 108 miliar dolar AS dalam bentuk dividen.
”Pajak-pajak, royalti-royalti, dan dividen-dividen di masa mendatang yang akan dibayarkan kepada pemerintah hingga 2041 diperkirakan melebihi 40 miliar dolar AS,” imbuhnya. Richard menegaskan, perusahaan telah berkontribusi hingga 90 persen dalam kegiatan ekonomi Mimika, Papua. Bahkan, ia mengklaim sepertiga kegiatan ekonomi di Papua ditopang oleh bisnis Freeport. ”Selama sisa kontrak, Indonesia akan menerima lebih dari 40 miliar dolar AS. Aset ini terlalu besar bagi kami untuk keluar. Yang kami butuhkan adalah mencari solusi untuk kerja sama dan kami berkomitmen bekerjasama dengan pemerintah,” ujarnya.
Richard menjelaskan, sejak berakhirnya izin ekspor pada 12 Januari 2017, kegiatan operasi Freeport sudah terganggu. Ia mengungkapkan perusahaan bahkan telah berhenti beroperasi sejak 10 Februari lalu, lantaran tidak ada tempat penyimpanan konsentrat. Hal itu diperparah dengan pemogokan kerja oleh karyawan smelter Gresik, yang hanya mampu menyerap 40 persen produksi konsentrat dari tambang di Grasberg. ”Kami hentikan operasi pabrik 10 hari yang lalu karena tidak ada storage (penyimpanan) untuk simpan konsentrat dan tidak bisa ekspor konsentrat. Kami tidak bisa menghasilkan produk yang tidak bisa kami jual. Akibatnya, kami turunkan produksi sangat tajam,” ujarnya.
Lakukan Efisiensi Ia menambahkan, Freeport akan melakukan efisiensi dan memangkas biaya-biaya, termasuk melakukan pengurangan karyawan. ”Kami lakukan pengurangan karyawan dua hari lalu kepada kurang dari 10 persen ekspatriat kami. Minggu ini juga kami akan stop karyawan kontraktor kami. Dari 32.000 karyawan, 12.000 karyawan merupakan karyawan langsung kami,” katanya. Richard mengaku prihatin dengan keadaan tersebut, namun ia menegaskan hal itu dilakukan bukan untuk menekan pemerintah dalam rangka negosiasi status kontrak. ”Kami lakukan ini bukan karena negosiasi dengan pemerintah tapi hanya terpaksa agar bisnis bisa berjalan secara finansial. Kami harap bisa segera ada jalan keluar,” ujarnya.
Seperti diketahui, pemerintah melalui PP Nomor 1/2017 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara, memperpanjang pelaksanaan ekspor konsentrat dengan sejumlah syarat, yakni pemegang kontrak karya (KK) harus beralih operasi menjadi perusahaan IUP (Izin Usaha Pertambangan) dan Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) serta membuat pernyataan kesediaan membangun smelter dalam jangka waktu lima tahun. Syarat lain adalah kewajiban divestasi hingga 51 persen.
Jonan berharap Freeport tidak alergi dengan divestasi hingga 51 persen sebagaimana tercantum dalam KK pertama antara Freeport dan Pemerintah Indonesia dan juga ditegaskan dalam PP Nomor 1/2017. Memang, kata Jonan, ada perubahan ketentuan divestasi menjadi hanya 30 persen karena alasan pertambangan PTFI adalah pertambangan bawah tanah. ”Divestasi 51 persen adalah aspirasi rakyat agar Freeport dapat bermitra dengan pemerintah sehingga jaminan kelangsungan usaha dapat berjalan dengan baik dan rakyat Indonesia serta Papua khususnya, ikut menikmati sebagai pemilik tambang emas dan tembaga terbesar di Indonesia,” ujarnya.
Jika berubah menjadi IUPK, perusahaan harus mengikuti aturan perpajakan yang berlaku, tidak seperti KK yang pajaknya tak akan berubah hingga masa kontrak berakhir. Freeport menolak melepaskan hak-hak hukum yang diberikan dalam Kontrak Karya pada 1991 silam. Freeport McMoRan Inc menilai pemerintah Indonesia telah memutuskan Kontrak Karya (KK) yang ditandatangani pada 1991 secara sepihak dengan mengubah statusnya menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK). Freeport berencana menggugat pemerintah Indonesia ke Arbitrase Internasional. (** RMC)

Menerima PEMBUATAN Filter sesuai dengan spesifikasi dari Customer. 

* Harga Filter Udara,Filter Oli, Filter Solar dan Filter Hidrolis yang kompetitif.



Untuk stock dan harga, silahkan hubungi :

Marketing

Rico 081217696856 (Whatapps)

Website: http://distributorfilter.blogspot.co.idhttp://rayateknikindo.blogspot.co.id/
                rayateknikindo.indonetwork.co.id
Email : rayateknik.indo@gmail.com



Senin, 20 Februari 2017

RI-AS Jajaki Kerja Sama Industri Lewat Perjanjian Bilateral



RI-AS Jajaki Kerja Sama Industri Lewat Perjanjian Bilateral

Jakarta - Menteri Perindustrian (Menperin), Airlangga Hartarto, bertemu Duta Besar (Dubes) Amerika Serikat (AS) untuk Indonesia, Joseph R. Donovan, di Kementerian Perindustrian, Senin (13/2/2017). Dalam pertemuan ini dibahas peningkatan hubungan kerja sama ekonomi Indonesia dan AS lewat kerja sama bilateral.

Sehingga memacu investasi dari Negeri Paman Sam sekaligus memperluas pasar ekspor bagi produk industri dalam negeri.

"Karena menurut Pak Dubes, orientasi Amerika saat ini adalah pada perjanjian bilateral. Untuk itu, kami menyampaikan, perdagangan kedua negara harus ditingkatkan. Bagi Indonesia, Amerika menjadi salah satu pasar yang sangat strategis," kata Airlangga seusai bertemu Dubes AS.

Kemenperin mencatat, Amerika Serikat merupakan mitra dagang utama ketiga Indonesia setelah China dan Jepang dengan nilai total perdagangan pada periode Januari-Juli tahun 2016 mencapai US$ 13,02 miliar. Dari neraca perdagangan tersebut, Indonesia mengalami surplus sebesar US$ 5,23 miliar atau naik 1,75 persen dibanding tahun 2015 yang hanya mencapai US$ 5,14 miliar. 

Menurut Airlangga, kerja sama kedua negara khususnya di sektor industri perlu ditingkatkan lagi karena bersifat saling melengkapi. 

"Selama ini, investasi Amerika masuk ke Indonesia utamanya di sektor industri padat modal dan teknologi. Sedangkan, Indonesia dapat mengisinya melalui industri yang cukup berdaya saing seperti kelompok sektor tekstil, pengolahan karet, kulit, barang kulit dan alas kaki, serta makanan dan minuman," ujar Airlangga

Airlangga tengah mendorong perjanjian bilateral untuk meningkatkan ekspor industri tekstil Indonesia ke AS. 

"Saat ini, produk tekstil kita kena bea masuk di sana sebesar 12,5 persen. Sedangkan, Vietnam sudah nol persen karena ada agreement kedua negara. Jadi, perjanjian tersebut juga akan mendongkrak daya saing produk kita," ungkapnya.

Nilai ekspor Indonesia ke AS pada tahun 2016 sebesar US$ 9,13 miliar. Adapun kelompok hasil industri yang juga memiliki nilai ekspor dengan tren positif, antara lain industri pengolahan kelapa sawit, furniture, pulp dan kertas, barang-barang kerajinan, elektronika, serta pengolahan alumunium.

Airlangga juga meminta investor AS dapat terus berkontribusi menanamkan modalnya di Indonesia terutama untuk memenuhi beberapa kawasan industri yang telah tersedia. Misalnya, kawasan industri di Dumai dan Tanjung Buton, Riau. Selanjutnya, kawasan industri di Berau-Kalimantan Timur, Gresik-Jawa Timur, Kendal-Jawa Tengah, serta Morowali-Sulawesi Tengah. 

"Di Sulawesi, kami fokuskan untuk industri pengolahan mineral serta di Riau dan Kalimantan Timur menjadi kawasan industri untuk pengolahan CPO," terang Airlangga. 

Dia juga berharap, tahun ini ada tambahan investasi atau ekspansi yang terealisasi dari pelaku industri AS. Contohnya, Apple yang akan membangun pusat inovasi di Indonesia. 

"Pada semester pertama ini, innovation center mereka segera beroperasi. Mereka juga janji akan bangun lebih di tiga kota. Ini akan mendorong investasi berikutnya," paparnya.

Industri potensial AS

Airlangga menilai, beberapa industri potensial AS yang perlu dijajaki kerja sama dengan pelaku usaha dalam negeri, seperti sektor migas, mineral, pembangkit listrik, transportasi, dan telekomunikasi. 

"Untuk industri sepatu merek Nike, Indonesia telah menjadi salah satu produsen terbesar," jela Menperin.

Merujuk data BKPM, pada kuartal kedua tahun 2016, AS telah berkomitmen untuk berinvestasi di Indonesia sebanyak 73 proyek industri senilai USD24,4 juta di sektor-sektor industri makanan dan minuman, logam, permesinan dan elektronika, kimia, industri farmasi dan lain-lain. 

Dirjen Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional (KPAII), Harjanto, menambahkan untuk mengembangkan hubungan perdagangan dan investasi RI-AS, terdapat forum Trade Investment Council (TIC) tingkat menteri guna membahas dan menyelesaikan berbagai isu perdagangan dan investasi kedua negara. 

"TIC terdiri dari empat Working Group, yaitu WG on Industrial and Agricultural Products, WG on Illegal Logging and Associated Trade, WG on Intellectual Property Rights, dan WG on Investment," ungkapnya. 

Dalam perkembangannya, lanjut Harjanto, RI dan AS telah sepakat untuk membentuk Commercial Dialogue (CD) sebagai pelengkap makanisme kerja sama yang telah ada. Commercial Dialogue merupakan kerja sama yang saling menguntungkan dan mengedepankan peran sektor swasta dalam memanfaatkan peluang investasi dan perdagangan antara kedua negara.

Format dialog tersebut disepakati dalam dua track, yaitu pembahasan cross cutting issues dan issue per sektor. 

"Dialog diusulkan untuk fokus pada beberapa area kerjasama yaitu investment climate, trade expansion, small and medium enterprises, entrepreneurship, clean energy dan industrial cooperation," pungkasnya.



Menerima PEMBUATAN Filter sesuai dengan spesifikasi dari Customer. 

* Harga Filter Udara,Filter Oli, Filter Solar dan Filter Hidrolis yang kompetitif.



Untuk stock dan harga, silahkan hubungi :

Marketing

Rico 081217696856 (Whatapps)

Website: http://distributorfilter.blogspot.co.idhttp://rayateknikindo.blogspot.co.id/
                rayateknikindo.indonetwork.co.id
Email : rayateknik.indo@gmail.com